BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Insulin adalah hormon yang
mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat sebagai glukosa
(gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan
insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai
bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang yang
punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali
menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di
atas normal (Lopulalan, 2008).
Glukagon merupakan hasil dari
sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologis meningkatkan kadar
glukosa darah. Glukagon melakukan hal ini dengan mempercepat konversi dari
glikogen dalam hati dari nutrisi-nutrisi lain, seperti asam amino, gliserol,
dan asam laktat, menjadi glukosa (glukoneogenesis). Kemudian hati mengeluarkan
glukosa ke dalam darah, dan kadar gula darah meningkat. Sekresi dari glukagon
secara langsung dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem feed-back
negative (Setyo, 2011).
Kadar gula darah dalam tubuh setiap
individu berbeda-beda, tinggi rendahnya kadar gula darah dipengaruhi sekresi hormon
insulin dan glukagon sebagai peranan terpenting dalam metabolisme. Perbedaan
kadar gula darah bagi orang yang berpuasa dengan orang yang sudah makan, kadar
gula darah laki-laki & perempuan, serta perbedaan usia perlu diketahui oleh
karena itu pada praktikum ini akan menghitung jumlah kadar gula dari ketiga
sampel darah tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Apa
faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar gula darah pada setiap orang ?
1.3
Tujuan Penulisan
Mengetahui faktor yang mempengaruhi erbedaan kadar gula darah pada
setiap orang.
BAB
II
DASAR TEORI
2.1 Glukosa
Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme
tubuh, dikenal juga sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah
adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Sedangkan
dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama fotosintesis adalah
precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan, yaitu sukrosa, pati dan
selulosa. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh. Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita
juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun
demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan
eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan, didalam jaringan adipose sebagai sumber
gliserida-gliserok, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa
antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh.
Glukosa berasal sebagian besar diperoleh dari makanan,
kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami
glukoneogenesis lalu juga dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolisis.
Setelah makan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah akan meningkat dari kadar
puasa sekitar 80-100 mg/dl ke kadar sekitar 120-140 mg/dl, dalam periode 30
menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian menurun kembali ke
rentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah puasa. Proses mempertahankan
kadar glukosa yang stabil di dalam darah merupakan salah satu mekanisme
homeostasis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di
hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon. Peningkatan konsentrasi
glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan
pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya. Nilai normal kadar glukosa
serum atau plasma adalah 75 – 115 mg/dl (Dinika, 2012).
2.2
Hormon Insulin dan Glukagon
Glukosa darah berasal dari absorpsi
pencernaan makanan dan pembebasan glukosa dari persediaan glikogen sel. Tingkat
glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh jaringan untuk
metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan. Penyerapan
glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh sel beta
dari pulau-pulau Langerhans. Glukosa berpindah dari plasma ke sel-sel karena
konsentrasi glukosa dalam plasma lebih tinggi daripada dalam sel. Di dalam sel,
glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfat yang ditahan dalam sel sebagai
hasil daripada pengurangan permeabilitas membrane oleh pengaruh kelompok
fosfat. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan
laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begitu glukosa
telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control (Soewolo,
2000).
Insulin adalah hormon yang
mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat sebagai glukosa
(gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan
insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai
bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang yang
punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali
menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di
atas normal (Setyo, 2011).
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel otot
yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen
dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan
jaringan adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin
(Soewolo, 2000).
Penolakan insulin adalah kondisi pada
jumlah normal insulin yang tidak mencukupi untuk menanggapi respon insulin
normal dari lemak, otot dan sel hati. Penolakan insulin pada sel lemak
merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada otot mengurangi
pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati mengurangi stok glukosa,
dengan akibat pada penyediaan glukosa darah. Penolakan insulin dapat disebabkan
oleh sindrom metabolisme dan diabetes melitus tipe 2 (Lopulalan, 2008).
Glukagon merupakan hasil dari sel
alfa, yang berperan untuk meningkatkan derajad glukosa darah ketika kadar
glukosa darah turun di bawah normal. Target dari glukagon adalah hati. Glukagon
mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa (glikogenesis), mendorong
pembentukan glukosa dari asam laktat dan asam amino tertentu (glukoneogenesis)
dan mempertinggi penglepasan glukosa dalam darah. Sebagai hasilnya derajad
glukosa darah naik (Soewolo, 2005).
Insulin dan glukagon adalah hormon
yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan homeostasis yang sangat
penting, karena glukosa merupakan bahan bakar utama untuk respirasi seluler dan
sumber kunci kerangka karbon untuk sintesis senyawa organik lainnya.
Keseimbangan metabolisme bergantung pada pemeliharaan glukosa darah pada
konsentrasi yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90 mg/ 100 mL pada
manusia. Ketika glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin dilepaskan dan
bekerja menurunkan konsentrasi glukosa. Ketika glukosa turun dibawah titik
pasang, glukagon meningkatkan konsentrasi glukosa. Melalui umpan balik negatif,
konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah relatif insulin dan glukagon
(Campbell, 2004).
2.3
Jenis dan Metode Pengukuran Glukosa Darah
2.3.1 Jenis Pengukuran Glukosa Darah
Dikenal
beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan pemeriksaan glukosa darah
yaitu (Dinika, 2012):
a.
Glukosa darah puasa Sebelum
pemeriksaan ini dilakukan pasien harus puasa 10 – 14 jam.
b.
Glukosa darah sewaktu Pemeriksaan
ini dilakukan pada pasien tanpa perlu memperhatikan waktu terakhir pasien
makan.
c.
Glukosa darah 2 jam PP Pemeriksaan
ini sukar sekali distandarisasikan, karena makanan yang dimakan baik jenis
maupun jumlahnya sukar disamakan dan juga sukar diawasi dalam tenggang waktu 2
jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selamamenunggu pasien perlu duduk
istirahat tenang dan tidak melakukan kegiatan jasmani (berat) serta tidak
merokok.
2.3.2 Metode Pengukuran Glukosa
Darah
Secara umum ada 2 macam metode yang berlainan untuk menentukan kadar
glukosa, yaitu (Dinika, 2012):
1.
Metode Kimia
a.
Reduksi (Glukc-DH®)
Metode ini
adalah sebuah metode rutin enzimatik oleh karena spesifikasinya yang tinggi,
kepraktisan dan keluwesannya. Pengukuran dilakukan pada daerah UV. Prinsip
metode ini adalah glukosa dehidrogenase mengkatalisis oksidasi dari glukosa.
Metode Gluck-DH® dapat digunakan pada bahan sampel yang dideproteinisasi atau
yang tidak dideproteinisasi serta untuk hemolysate.
b.
Metode Kondensasi Gugus Amino
(O-Toluidine)
Prinsip
metode ini adalah glukosa bereaksi dengan O-toluidin dalam asam asetat panas
dan menghasilkan senyawa berwarna hijau yang dapat ditentukan secara fotometer.
Penentuan glukosa dengan O-toluidin dapat digunakan untuk bahan sampel yang
dideproteinisasi maupun yang tidak di-deproteinisasi.
Beberapa
kelemahan / kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah
pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi
kesalahan lebih besar. Selain itu reagen pada metode ortho-toluidin bersifat
korosif.
2. Metode
Enzimatik
a.
Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP)
Prinsip:
Enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi
glukonolakton dan hydrogen peroksida.
Glukosa + O2 glukosa oksidase
O-glukono-δ-lakton + H2O2
Penambahan
enzim perokidase dan aseptor oksigen kromogenik seperti Odianisidine.

Enzim
glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi
pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan reaksi kedua
tidak spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutation
menghambat reaksi karena zat-zat ini akan berkompetisi dengan kromogen bereaksi
dengan hidrogen peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih rendah.
Keunggulan dari metode glukosa oksidase adalah karena murahnya reagen dan hasil
yang cukup memadai.
b.
Metode Heksokinase
Prinsip: Heksokinase akan mengkatalis
reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim
kedua yaitu glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa
6-fosfat dengan nikolinamide adnine dinueleotide phosphate (NAPP+)


c.
Reagen Kering (Gluco DR)
Adalah alat
pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakan untuk
mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening
pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler
atau darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau serum darah.
Prinsip : Tes strip menggunakan
enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada teknologi biosensor yang spesifik
untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai bagian yang dapat menarik darah
utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa
oksidase dalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi glukosa di dalam darah.
Intensitas arus electron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi
glukosa di dalam sampel darah.
2.4 Kelainan-Kelainan Glukosa
2.4.1 Hiperglikemia
Hiperglikemia
adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya
akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu
kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya
glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
tertentu. Kelainan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan penurunan
toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respon terhadap
pemberian glukosa. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan
poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur (Dinika, 2012).
2.4.2 Hipoglikemia
Hipoglikemia
atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah
berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Jika
hipoglikemia tidak segera diatasi, bisa menyebabkan kejang atau pingsan. Kadar
gula darah yang rendah biasanya menimbulkan ; sakit kepala, gemetar, kepala
pening, lapar, kulit dingin atau lembab, denyut jantung cepat, gelisah (Dinika,
2012).
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 06 Desember 2018 pukul
11.20 - 13.00 WIB di Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nahdlatul Ulama’ Sunan Giri Bojonegoro.
3.2 Alat dan
Bahan
·
Alat
yang digunakan pada praktikum Uji Kadar Glukosa Dalam Darah antara lain :
-
Alat
tulis
-
Glucometer
-
Lancing
device
-
Testing
strip
-
Lancet
a.k.a jarum
-
Alcohol
swab
-
Kamera
digital atau Hp yang dilengkapi dengan kamera digital
·
Bahan
yang digunakan pada praktikum Uji Kadar Glukosa Dalam Darah antara lain :
-
Sampel
darah 10 orang mahasiswa dengan faktor yang berbeda
3.3 Cara Kerja
Langkah kerja yang diambil pada
praktikum Uji Kadar Glukosa Dalam Darah adalah :
1.
Menyediakan
Lancet yang bersih dan memasukkan ke dalam Lancet Device (lancet pen). Jangan
menggunakan Lancet yang telah digunakan pada orang lain.
2.
Memasukkan
testing strip ke dalam Glucometer, memastikan dalam kedudukan yang betul.
3.
Mengambil
alcohol swab dan membersihkan ujung jari yang ingin diambil sample darah.
Kemudian mengambil Lancet device dan push button di sisi pen tersebut. Mengelap
darah yang pertama keluar kemudian memencet jari supaya darah baru keluar.
4.
Mengambil
glucometer dan menempelkan ujung testing strip pada darah di ujung jari.
Menunggu beberapa saat sehingga muncul hasilnya.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil
Pengamatan
4.1.1 Tabel
Pengamatan
No.
|
Nama
|
Puasa/tidak
|
Kadar
Glukosa (mg/dl)
|
1.
|
Khadirin
(laki-laki)
|
Puasa
|
80 mg/dl
|
2.
|
Anis
(perempuan 21th)
|
Puasa
|
80 mg/dl
|
3.
|
Suci
(perempuan 21th)
|
Puasa
|
85 mg/dl
|
4.
|
Alfia
(perempuan 21th)
|
Puasa
|
79 mg/dl
|
5.
|
Novia
(perempuan 18th)
|
Puasa
|
80 mg/dl
|
6.
|
Yulianti
(perempuan 18th)
|
Puasa
|
79 mg/dl
|
7.
|
Hestya
(perempuan)
|
Tidak puasa
|
135 mg/dl
|
8.
|
Nursiyah
(perempuan)
|
Tidak puasa
|
100 mg/dl
|
9.
|
Adela
(perempuan)
|
Tidak puasa
|
92 mg/dl
|
10.
|
Narita
(perempuan)
|
Tidak puasa
|
94 mg/dl
|
4.1.2 Grafik Pengamatan

Ket
: *tidak puasa
4.2 Pembahasan
Glukosa adalah gula yang terpenting
bagi metabolisme tubuh, dikenal juga sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu
kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di
dalam darah. Sedangkan dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama
fotosintesis adalah precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan, yaitu
sukrosa, pati dan selulosa. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum,
diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah
sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena
perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan
dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut
insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen.
Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah (Akhmad,
2012).
Pada hasil
percobaan uji gula darah pada orang yang berbeda-beda, didapatkan hasil yaitu
Khadirin (laki-laki) berpuasa diperoleh 80 mg/dL ; Anis (perempuan 21th)
berpuasa diperoleh 80 mg/dL ; Suci (perempuan 21th) berpuasa diperoeh 85 mg/dL
; Alfia (perempuan 21th) berpuasa diperoleh 79 mg/dL ; Novia (perempuan 18th)
berpuasa diperoleh 80 mg/dL ; Yulianti (perempuan 18th) berpuasa diperoleh 79
mg/dL ; Hestya (perempuan) tidak berpuasa diperoleh 135 mg/dL ; Nursiyah
(perempuan) tidak berpuasa diperoleh 100 mg/dL ; Adela (perempuan) tidak
berpuasa diperoleh 92 mg/dL ; dan Narita (perempuan) tidak berpuasa diperoleh
94 mg/dL.
Dari hasil
tersebut, antara laki-laki dan perempuan mempunyai kadar gula yang berbeda. Pada
perempuan 21th yang berpuasa juga diperoleh hasil yang berbeda. Begitupun
dengan perempuan 18th yang berpuasa dan perempuan yang tidak berpuasa juga
diperoleh hasil yang berbeda. Pada orang yang berpuasa dan tidak berpuasa akan
diperoleh perbedaan kadar glukosa yang signifikan.
Kadar gula darah
seseorang itu dapat dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih tinggi maka
kadar gula darahnya juga tinggi. Bisa juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,
kadar gula darah cowok lebih besar dari kadar gula darah cewek karena kandungan
protein serta karbohidrat yang disimpan lebih banyak dari cowok. Faktor lain
yang mempengaruhi yaitu dari makanan yang dimakan, jika makanan yang dimakan
mengandung banyak gizi serta karbohidrat dan protein seperti nasi dan
telur ceplok maka kadar gulanya akan meningkat lebih banyak dibandingkan dengan
memakan makanan yang mengandung sedikit protein. Hal lain yang menjadi factor
utama adalah dari seseorang yang puasa minimal 8 jam dan juga seseorang yang
sudah makan. Orang yang sedang puasa maka kadar gulanya akan menurun dibandingkan
orang yang sudah makan, hal itu disebabkan karena karbohidrat yang diserap
dalam bentuk glukosa dalam tubuh orang yang sudah makan akan naik sedangkan
pada orang puasa suplai glukosa dalam tubuh rendah (Setyo, 2011).
Dalam keadaan normal, kadar gula darah berkisar antara 80-140.
Setiap kali sehabis makan, pankreas segera produksi insulin untuk mengolah
karbohidrat dan berkisarlah kadar gula darah antara 80-140. Bagi penderita DM,
angka kadar gula darah antara 80-140 sudah terkategori tinggi. Untuk kembali
normal, perlu diatur pola makan, olah raga, jamu, obat dan suntikan insulin.
Upaya tersebut hanya dapat mengatasi atau mengendalikan kadar gula darah,
tetapi tidak menyembuhkan. Kecuali zat karbohidrat, dalam makanan sehari-hari
terdapat protein (10-15%) dan lemak (20-25%). Presentase karbohidrat sekitar
60-70% sekaligus sebagai sumber utama energi (tenaga). Pada penderita DM,
sebagian (besar) karbohidrat tidak dapat diubah menjadi tenaga. Karenanya
penderita DM gampang sekali lelah akibat langsung dari persediaan energi yang
terbatas. Makanan (minuman) yang banyak mengandung karbohidrat adalah nasi,
roti, mi, jagung, tales, singkong, gula dan madu. Agar gula darah tidak tinggi,
karena semua makanan tersebut harus dibatasi (nasi, roti, dan lain-lain), atau
bahkan dipantang (gula) (Setyo, 2011).
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan di atas yaitu :
1.
Kadar
gula darah seseorang itu dapat dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih
tinggi maka kadar gula darahnya juga tinggi. Bisa juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin, kadar gula darah cowok lebih besar dari kadar gula darah cewek karena
kandungan protein serta karbohidrat yang disimpan lebih banyak dari cowok.
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu dari makanan yang dimakan, jika makanan
yang dimakan mengandung banyak gizi serta karbohidrat dan protein seperti
nasi dan telur ceplok maka kadar gulanya akan meningkat lebih banyak
dibandingkan dengan memakan makanan yang mengandung sedikit protein. Hal lain
yang menjadi factor utama adalah dari seseorang yang puasa minimal 8 jam dan
juga seseorang yang sudah makan. Orang yang sedang puasa maka kadar gulanya
akan menurun dibandingkan orang yang sudah makan, hal itu disebabkan karena
karbohidrat yang diserap dalam bentuk glukosa dalam tubuh orang yang sudah
makan akan naik sedangkan pada orang puasa suplai glukosa dalam tubuh rendah.